Minggu, 24 Februari 2013

Masih

Tidak ada komentar:
Berulang kali kau hanya mengasihiq sebagai ... Namun berulang kali juga pikiran dan hati q tidak menerimanya. Kamu tahu, itu sesuatu yg sangat sulit beb.
Posted via BlogPost
Read More

Beb, Aku cinta Kamu

Tidak ada komentar:
Beb, aku cinta kamu.
Dua dunia, satu cinta itulah kita. Setiap manusia itu pasti pernah melakukan kesalahan beb, kecuali para nabi dan rosul yang memiliki sifat terjaga dari kesalahan. Tapi yang penting sekarang bagaimana kita memperbaiki kesalahan itu dan mencoba untuk tidak mengulanginya lagi. Aku akui aku kecewa dengan apa yang sudah terjadi, tapi buat aku bagaimana mencari jalan keluar terbaik untuk ujian ini. Aku tahu ini salah satu ujian dari Tuhan untuk kita. Beb jangan sedih ya, aku menerima beb bagaimanapun keadaan beb sekarang.
Dasar cupit si anak tengil yang kerjaannya bikin orang jatuh cinta tanpa melihat apa agama dari korban panah cintanya. Kalau sudah begini, suatu hubungan pacaran bisa sangat rumit. Keluarga hampir pasti tidak setuju dan akan sekuat tenaga untuk memisahkan kamu dan pasangan kamu.
Cinta sebagai sesuatu yang ultimate dan sakral, sehingga tidak bisa ditiadakan oleh hasil konstruksi manusia lewat agama-agama. Setiap keluarga yang membangun hubungan mereka dengan cinta tentu akan terus melakukan apapun untuk berkomitmen mempertahankan pernikahan mereka. Begitu juga dengan cinta Yesus kepada manusia. Yesus rela menjumpai orang buta, kusta, perempuan pelacur, dan sebagainya. Tidak hanya tuntutan kehadiranNya sebagai anak Allah, melainkan cintaNya yang besar bagi umatNya. Itulah alasannya mengapa Cinta merupakan nilai yang ultimate dan sakral dalam kehidupan manusia.
18 feb 2013
Gramedia, Pal Merah-Jakpus
Waktu menunjukkan pukul 15:03, suasana diluar tampak mendung dengan sedikit gerimis. Mendengarmu bercerita panjang lebar tentang suatu hubungan yang telah kau jalin meskipun akhirnya kandas. Kenapa kita tidak bisa bersama? karena siang tidak mungkin bersatu dengan malam atau baik tidak mungkin bersatu dengan buruk. semua itu pada jalannya masing2. Itu kata2 darimu yang menghenyakkanku, sedetik kemudian akupun berpikir. Apakah benar demikian beb?
Posted via BlogPost
Read More

Beb, aku hanya ingin tahu tidak lebih.

Tidak ada komentar:
Hal yang ingin aku tanyakan, tapi sebenarnya juga tak ingin aku tanyakan karena aku takut menyinggung perasaanmu. Aku tahu kamu pasti marah beb, sedih, dan akan mengingatkanmu akan hal itu. Tapi aku hanya ingin tahu. Semoga rasa ingin tahuku tidak menambah bebanmu beb.
Dimana kamu telah melakukannya?
Berapa kali kamu melakukannya?
Itu pertanyaan yang sampai saat ini tak terjawab olehku darimu, dan menggangguku. Aku minta maaf sebelumnya, karena aku hanya ingin tahu, dan tidak lebih.
Posted via BlogPost
Read More

Jumat, 22 Februari 2013

Perbedaan dan Air Mata

Tidak ada komentar:
Mereka adalah pasangan beda agama. Diana seorang kristen sejati dan Cahyo kekasihnya, seorang muslim. Berbeda dan berbenturan. Tapi, apakah karena perbedaan mereka dilarang jatuh cinta? Iya. Pasti. Tentu saja. Juga oleh kedua orangtua mereka.

Norma dan pandangan masyarakat tak mau tahu apa itu cinta, perasaan, juga pertemuan yang terjadi atas izin Tuhan. Diana dan Cahyo tak pernah bersungut-sungut pada Tuhan agar mereka dipertemukan lalu jatuh cinta. Tapi, mereka benar-benar bertemu, merasa nyaman, dan akhirnya bisa mendefinisikan arti cinta yang sesungguhnya, walaupun segalanya jadi tak mudah. Jujur, kisah mereka adalah kisah yang indah, bukan kisah-kisah manja, murahan, dan cinta-cintaan yang buang-buang waktu. Betapa indahnya pertemuan antara manusia dengan manusia, tanpa memikirkan segala atribut sosial yang mengekang kemanusiaannya; agama.

Dalam kebahagiaan, kadang terselip tangisan. Dalam doa panjang untuk Tuhan kadang terselip permintaan yang mungkin saja enggan Tuhan dengarkan. Tuhan yang mana yang sedang mendengarkan doamu? Tuhan yang menciptakan hujan? Tuhan yang menciptakan tulang rusuk untuk seorang pria? Tuhan yang menciptakan agama? Tuhan menciptakan agama?

Agama. Agama. Agama. Cinta. Cinta. Cinta. Tuhan. Hantu. Tuhan. Saya sedang sedikit emosional dan terbawa oleh ceritanya. Ketika semua orang, yang tahu kisah Diana dan Cahyo menganggap mereka pasangan "kutukan". Begini, mereka hanya jatuh cinta, dan memperjuangkah yang bagi mereka harus diperjuangkan; apa salah mereka hingga banyak orang menilai mereka seperti sampah?

Apalagi, kedua orangtua. Memang, orangtua selalu inginkan yang terbaik bagi anaknya, bagi keturunannya, tapi terlalu menyakitkan bagi Diana dan Cahyo jika mereka harus berpisah hanya karena berbeda. Apakah tak ada jalan lain untuk menyatukan? Apakah orang-orang sekitar tak lagi peduli dengan perasaan dan perbedaan?

Memang, Diana dan Cahyo berbeda, tapi... APA SALAHNYA? Tidak dapat dipungkiri memang, orangtua juga ingin memiliki keluarga baru yang memiliki kesamaan dengan beliau-beliau. Manusia selalu takut dengan perbedaan, mereka selalu nyaman dengan hal yang terlihat sama di mata mereka. Padahal, berbeda belum tentu salah, dan punya kesamaan belum tentu benar. Seharusnya perbedaan ada bukan untuk disalahkan, dihakimi, lalu dianggap seakan-akan ada. Bukankah perbedaan harusnya jadi sarana untuk mengenal dan saling melengkapi?

Cinta milik Diana dan Cahyo memang terjadi begitu saja, tanpa sutradara, karena bukan drama. Diana mencintai Tuhan, begitu juga dengan Cahyo; walaupun mereka beribadah di tempat yang berbeda. Salahkah mereka?

Apakah perbedaan yang Tuhan ciptakan hanya akan jadi penghalang?

_dalam dingin yang menusuk-nusuk tulang
Saya tak lagi paham
Apakah cinta dan agama tak layak dipersatukan?
Posted via BlogPost
Read More

Rabu, 20 Februari 2013

Agamamu, Agamaku, Satukan Kita?

Tidak ada komentar:
18 Februari 2013
Semalam suaramu mengalir begitu lembut melalui sambungan telepon. Entah sudah berapa minggu kita tidak bertemu. Entah sudah berapa hari aku dan kamu (terpaksa) tak saling memandang dan menatap. Karena takdir sedang mainkan perannya, karena nasib teguhkan langkah kakinya. Aku dan kamu tak bisa apa-apa, terutama saat otang menganggap kita salah, saat kita layaknya tahanan cinta yang menyerah pada hukum agama. Terang tak dapat bersatu dengan gelap.

Kau ingin tahu satu hal tentangku? Aku sangat merindukan kamu. Aku rindu pada saat kamu menungguku di depan gereja seusai kebaktian sore. Aku rindu saat kita makan mi ayam kesukaan kita. Aku rindu saat menunggumu selesai sholat jumat. Aku sangat suka senyummu yang tersimpul malu dibalik bibirmu. Sungguh, aku sangat rindu pertemuan kita, aku rindu menghabiskan waktu bersamamu. Dan... entahlah mengapa kebahagiaan itu menjadi tampak semakin pudar akibat orang-orang yang bahkan tak mengenal dan mengerti kondisi kita. Maukah kau katakan kepada mereka yang membenci kita? Bahwa sebenarnya kita bukanlah seorang pendosa. Maukah kau yakinkan mereka? Bahwa aku dan kamu tak sehina yang mereka pikirkan. Haruskah kita mengakhiri semua ketika nyatanya bahagia selalu menghiasi kebersamaan kita? Haruskah kita menyerah pada persepsi yang mengatakan bahwa kita bersalah? Haruskah kita berpisah karena berbeda agama? Apa salahku dan salahmu?

Aku mengenalmu sebagai sosok yang sangat gigih. Kamu juga mengenalku sebagai sosok yang tegar. Selama kita bersama, tidak pernah terllihat air mata kita jatuh setitikpun. Tapi... ternyata pada akhirnya kita menyerah, menyerah pada takdir yang awalnya mempertemukan kita juga yang memisahkan kita. Apakah hatimu patah? Apakah sayap-sayapmu yang dulu sempat memelukku juga patah? Apakah ada tangis yang luruh dari matamu yang indah? Aku tak tahu mengapa norma agama harus membedakan kita, sehingga aku dan kamu memiliki sekat dan jarak, membuat kita terlihat tak lagi sama, membuat kita (terpaksa) berpisah. Sebenarnya, apa salahku dan salahmu? Kita tak pamer kemesraan seperti pasangan-pasangan tolol lainnya, kita juga tidak membuat video mesum sebagai sebab terjadinya zina, kita tidak melanggar norma asusila, tapi mengapa dimata semia orang kita terlihat seperti sampah?

Sayang, sungguh aku tak ingin tersiksa seperti ini, sungguh aku tak ingin perpisahan kita menjadi sebab tangisku dan tangismu. Aku ingin semua kembali seperti dulu. Aku ingin tawarenyahmu dan senyum manismu menghiasi mozaik hari-hariku. Kebahagiaan kita terenggut oleh sesuatu yang kita sebut norma, sesuatu yang seharusnya mengatur tapi malah menyakiti kita.Sebenarnya, mereka yang menyalahkan kita adalah mereka yang tak benar-benar mengenal kita. Tugas cinta adalah menyatukan, lalu salahkan cinta jika dia menyatukan kita yang berbeda?Bukankah kita hanya saling jatuh cinta? Apa yang salah, sayang? Katakan apa yang salah?

Aku menulis surat ini sesaat sebelum pengakuan dosaa, Pastor sudah berada di dalam ruangan, aku masih di luar, sedang menormalkan frekuensi detak jantungku yang kian menit kian tak berirama. Dengan menulis ini mungkin aku bisa merasa sedikit tenang. Aku mungkin akan bercerita banyak pada pastor, air mataku mungkin akan kembali menetes, dan berkali-kali aku mungkin akan mengulang cerita yang sama, cerita tentangmu. Di dalam ruangan pengakuan dosa, aku pasti mengakui banyak dosa yang telah kulakukan. Dan... mungkin dosa yang kuakui pertama kali adalah mencintaimu. Mencintaimu... dosa termanis bagiku.

#Dari masa lalumu, rumah untuk tawa dan tangismu
Posted via BlogPost
Read More

Minggu, 24 Februari 2013

Masih

Tidak ada komentar:
Berulang kali kau hanya mengasihiq sebagai ... Namun berulang kali juga pikiran dan hati q tidak menerimanya. Kamu tahu, itu sesuatu yg sangat sulit beb.
Posted via BlogPost
Read More

Beb, Aku cinta Kamu

Tidak ada komentar:
Beb, aku cinta kamu.
Dua dunia, satu cinta itulah kita. Setiap manusia itu pasti pernah melakukan kesalahan beb, kecuali para nabi dan rosul yang memiliki sifat terjaga dari kesalahan. Tapi yang penting sekarang bagaimana kita memperbaiki kesalahan itu dan mencoba untuk tidak mengulanginya lagi. Aku akui aku kecewa dengan apa yang sudah terjadi, tapi buat aku bagaimana mencari jalan keluar terbaik untuk ujian ini. Aku tahu ini salah satu ujian dari Tuhan untuk kita. Beb jangan sedih ya, aku menerima beb bagaimanapun keadaan beb sekarang.
Dasar cupit si anak tengil yang kerjaannya bikin orang jatuh cinta tanpa melihat apa agama dari korban panah cintanya. Kalau sudah begini, suatu hubungan pacaran bisa sangat rumit. Keluarga hampir pasti tidak setuju dan akan sekuat tenaga untuk memisahkan kamu dan pasangan kamu.
Cinta sebagai sesuatu yang ultimate dan sakral, sehingga tidak bisa ditiadakan oleh hasil konstruksi manusia lewat agama-agama. Setiap keluarga yang membangun hubungan mereka dengan cinta tentu akan terus melakukan apapun untuk berkomitmen mempertahankan pernikahan mereka. Begitu juga dengan cinta Yesus kepada manusia. Yesus rela menjumpai orang buta, kusta, perempuan pelacur, dan sebagainya. Tidak hanya tuntutan kehadiranNya sebagai anak Allah, melainkan cintaNya yang besar bagi umatNya. Itulah alasannya mengapa Cinta merupakan nilai yang ultimate dan sakral dalam kehidupan manusia.
18 feb 2013
Gramedia, Pal Merah-Jakpus
Waktu menunjukkan pukul 15:03, suasana diluar tampak mendung dengan sedikit gerimis. Mendengarmu bercerita panjang lebar tentang suatu hubungan yang telah kau jalin meskipun akhirnya kandas. Kenapa kita tidak bisa bersama? karena siang tidak mungkin bersatu dengan malam atau baik tidak mungkin bersatu dengan buruk. semua itu pada jalannya masing2. Itu kata2 darimu yang menghenyakkanku, sedetik kemudian akupun berpikir. Apakah benar demikian beb?
Posted via BlogPost
Read More

Beb, aku hanya ingin tahu tidak lebih.

Tidak ada komentar:
Hal yang ingin aku tanyakan, tapi sebenarnya juga tak ingin aku tanyakan karena aku takut menyinggung perasaanmu. Aku tahu kamu pasti marah beb, sedih, dan akan mengingatkanmu akan hal itu. Tapi aku hanya ingin tahu. Semoga rasa ingin tahuku tidak menambah bebanmu beb.
Dimana kamu telah melakukannya?
Berapa kali kamu melakukannya?
Itu pertanyaan yang sampai saat ini tak terjawab olehku darimu, dan menggangguku. Aku minta maaf sebelumnya, karena aku hanya ingin tahu, dan tidak lebih.
Posted via BlogPost
Read More

Jumat, 22 Februari 2013

Perbedaan dan Air Mata

Tidak ada komentar:
Mereka adalah pasangan beda agama. Diana seorang kristen sejati dan Cahyo kekasihnya, seorang muslim. Berbeda dan berbenturan. Tapi, apakah karena perbedaan mereka dilarang jatuh cinta? Iya. Pasti. Tentu saja. Juga oleh kedua orangtua mereka.

Norma dan pandangan masyarakat tak mau tahu apa itu cinta, perasaan, juga pertemuan yang terjadi atas izin Tuhan. Diana dan Cahyo tak pernah bersungut-sungut pada Tuhan agar mereka dipertemukan lalu jatuh cinta. Tapi, mereka benar-benar bertemu, merasa nyaman, dan akhirnya bisa mendefinisikan arti cinta yang sesungguhnya, walaupun segalanya jadi tak mudah. Jujur, kisah mereka adalah kisah yang indah, bukan kisah-kisah manja, murahan, dan cinta-cintaan yang buang-buang waktu. Betapa indahnya pertemuan antara manusia dengan manusia, tanpa memikirkan segala atribut sosial yang mengekang kemanusiaannya; agama.

Dalam kebahagiaan, kadang terselip tangisan. Dalam doa panjang untuk Tuhan kadang terselip permintaan yang mungkin saja enggan Tuhan dengarkan. Tuhan yang mana yang sedang mendengarkan doamu? Tuhan yang menciptakan hujan? Tuhan yang menciptakan tulang rusuk untuk seorang pria? Tuhan yang menciptakan agama? Tuhan menciptakan agama?

Agama. Agama. Agama. Cinta. Cinta. Cinta. Tuhan. Hantu. Tuhan. Saya sedang sedikit emosional dan terbawa oleh ceritanya. Ketika semua orang, yang tahu kisah Diana dan Cahyo menganggap mereka pasangan "kutukan". Begini, mereka hanya jatuh cinta, dan memperjuangkah yang bagi mereka harus diperjuangkan; apa salah mereka hingga banyak orang menilai mereka seperti sampah?

Apalagi, kedua orangtua. Memang, orangtua selalu inginkan yang terbaik bagi anaknya, bagi keturunannya, tapi terlalu menyakitkan bagi Diana dan Cahyo jika mereka harus berpisah hanya karena berbeda. Apakah tak ada jalan lain untuk menyatukan? Apakah orang-orang sekitar tak lagi peduli dengan perasaan dan perbedaan?

Memang, Diana dan Cahyo berbeda, tapi... APA SALAHNYA? Tidak dapat dipungkiri memang, orangtua juga ingin memiliki keluarga baru yang memiliki kesamaan dengan beliau-beliau. Manusia selalu takut dengan perbedaan, mereka selalu nyaman dengan hal yang terlihat sama di mata mereka. Padahal, berbeda belum tentu salah, dan punya kesamaan belum tentu benar. Seharusnya perbedaan ada bukan untuk disalahkan, dihakimi, lalu dianggap seakan-akan ada. Bukankah perbedaan harusnya jadi sarana untuk mengenal dan saling melengkapi?

Cinta milik Diana dan Cahyo memang terjadi begitu saja, tanpa sutradara, karena bukan drama. Diana mencintai Tuhan, begitu juga dengan Cahyo; walaupun mereka beribadah di tempat yang berbeda. Salahkah mereka?

Apakah perbedaan yang Tuhan ciptakan hanya akan jadi penghalang?

_dalam dingin yang menusuk-nusuk tulang
Saya tak lagi paham
Apakah cinta dan agama tak layak dipersatukan?
Posted via BlogPost
Read More

Rabu, 20 Februari 2013

Agamamu, Agamaku, Satukan Kita?

Tidak ada komentar:
18 Februari 2013
Semalam suaramu mengalir begitu lembut melalui sambungan telepon. Entah sudah berapa minggu kita tidak bertemu. Entah sudah berapa hari aku dan kamu (terpaksa) tak saling memandang dan menatap. Karena takdir sedang mainkan perannya, karena nasib teguhkan langkah kakinya. Aku dan kamu tak bisa apa-apa, terutama saat otang menganggap kita salah, saat kita layaknya tahanan cinta yang menyerah pada hukum agama. Terang tak dapat bersatu dengan gelap.

Kau ingin tahu satu hal tentangku? Aku sangat merindukan kamu. Aku rindu pada saat kamu menungguku di depan gereja seusai kebaktian sore. Aku rindu saat kita makan mi ayam kesukaan kita. Aku rindu saat menunggumu selesai sholat jumat. Aku sangat suka senyummu yang tersimpul malu dibalik bibirmu. Sungguh, aku sangat rindu pertemuan kita, aku rindu menghabiskan waktu bersamamu. Dan... entahlah mengapa kebahagiaan itu menjadi tampak semakin pudar akibat orang-orang yang bahkan tak mengenal dan mengerti kondisi kita. Maukah kau katakan kepada mereka yang membenci kita? Bahwa sebenarnya kita bukanlah seorang pendosa. Maukah kau yakinkan mereka? Bahwa aku dan kamu tak sehina yang mereka pikirkan. Haruskah kita mengakhiri semua ketika nyatanya bahagia selalu menghiasi kebersamaan kita? Haruskah kita menyerah pada persepsi yang mengatakan bahwa kita bersalah? Haruskah kita berpisah karena berbeda agama? Apa salahku dan salahmu?

Aku mengenalmu sebagai sosok yang sangat gigih. Kamu juga mengenalku sebagai sosok yang tegar. Selama kita bersama, tidak pernah terllihat air mata kita jatuh setitikpun. Tapi... ternyata pada akhirnya kita menyerah, menyerah pada takdir yang awalnya mempertemukan kita juga yang memisahkan kita. Apakah hatimu patah? Apakah sayap-sayapmu yang dulu sempat memelukku juga patah? Apakah ada tangis yang luruh dari matamu yang indah? Aku tak tahu mengapa norma agama harus membedakan kita, sehingga aku dan kamu memiliki sekat dan jarak, membuat kita terlihat tak lagi sama, membuat kita (terpaksa) berpisah. Sebenarnya, apa salahku dan salahmu? Kita tak pamer kemesraan seperti pasangan-pasangan tolol lainnya, kita juga tidak membuat video mesum sebagai sebab terjadinya zina, kita tidak melanggar norma asusila, tapi mengapa dimata semia orang kita terlihat seperti sampah?

Sayang, sungguh aku tak ingin tersiksa seperti ini, sungguh aku tak ingin perpisahan kita menjadi sebab tangisku dan tangismu. Aku ingin semua kembali seperti dulu. Aku ingin tawarenyahmu dan senyum manismu menghiasi mozaik hari-hariku. Kebahagiaan kita terenggut oleh sesuatu yang kita sebut norma, sesuatu yang seharusnya mengatur tapi malah menyakiti kita.Sebenarnya, mereka yang menyalahkan kita adalah mereka yang tak benar-benar mengenal kita. Tugas cinta adalah menyatukan, lalu salahkan cinta jika dia menyatukan kita yang berbeda?Bukankah kita hanya saling jatuh cinta? Apa yang salah, sayang? Katakan apa yang salah?

Aku menulis surat ini sesaat sebelum pengakuan dosaa, Pastor sudah berada di dalam ruangan, aku masih di luar, sedang menormalkan frekuensi detak jantungku yang kian menit kian tak berirama. Dengan menulis ini mungkin aku bisa merasa sedikit tenang. Aku mungkin akan bercerita banyak pada pastor, air mataku mungkin akan kembali menetes, dan berkali-kali aku mungkin akan mengulang cerita yang sama, cerita tentangmu. Di dalam ruangan pengakuan dosa, aku pasti mengakui banyak dosa yang telah kulakukan. Dan... mungkin dosa yang kuakui pertama kali adalah mencintaimu. Mencintaimu... dosa termanis bagiku.

#Dari masa lalumu, rumah untuk tawa dan tangismu
Posted via BlogPost
Read More

Subscribe